Rindu Yang Usang: Puisi-Puisi Ziddan Niam R.
Ego
Entah titah apa ini?
Dari mana turunya?
Mengapa begitu memaksa
Dan mengapa harus tiba-tiba?
Siksa apa yang menimpaku ini?
Mengapa nikmat ku rasa
Apakah ini bisa pergi?
Atau tetap menghantui?
Celaka begitu celaka
Mungkinkan ini akan abadi?
Ibarat tanda terlahir,
Terbawa dan terasa hingga akhir
Syukurlah wahai diri
Air matamu takkan menjadi arti
Jalanmu, jalanku masih menanti
Bertahanlah
Bertahanlah, hingga akhir dari mimpi
Tajamnya Aspal
Sungguh
Sungguh, baru kurasa
Dunia hampa monopoli
Pemimpin kulihat berkeringat
Berceceran senyum indah para pedagang
Sungguh
Sungguh, senang kurasa
Kolong jembatan merasa sepi
Moncong pistol sirna kupikir
Namun
Namun, aku tak sadar
Kulihat kaki penuh darah
Kuinjak jalan beraspal tajam
Memaksaku keluar dari lamunan
Naas
Naas kualami
Kembali kujual koran tersisa
Berjalan bersama rintihan
Berharap akan beberapa recehan
Sekar
Engkau yang belum mekar
Kau terlalu rapuh
Bersandarlah
Tiuplah kebohongan ini
Usir keraguan kecilmu
Engkau yang belum tertuai
Muncul entah mengapa
Rahasiamu berserakan, bunga
Teriakan warnamu
Angin selalu memelukmu
Tanah kan setia memujamu
Terang dan teranglah
Sekarku yang indah
Noda yang Indah
Mata biru terkurung lamunan
Terlahir didunia yang busuk
Hati yang semakin dingin
Di cium langit kelabu
Pertemuanku denganmu
Rambut yang penuh noda
Berbagai anganku melambai
Memeluk indahnya rasa
dengan lembut ku belai lehermu
Kugunakan ragaku tuk melindungimu
Seperti lampu bersinar kuat
melupakan dunia fana
Terbayar kuningnya cinta
Tolong aku!!
Rintihan semakin mengering
Ku tenggelam dalam rasa
Sungguh Keberuntungan
Menyapu langit dan hujan
Terpotong dunia yang tandus
seperti bintang yang tak terhitung
Cantikmu ter akbarkan
Cinta yang berkarat
Karya. Ziddan Niam R.
Tersimpul dan tak terurai
Bagaikan sebuah benang
Selama waktu mengalir
Terpupuk keras dan rapuh
Kenangan yang retak
Sulit terbuang
Serana menangis dan tertawa
Berpura-pura atas rasa
Teruslah begini
Aku takkan mampu dicintai
siapa pun itu
Setiap kali hati tertusuk
meringkuk penuh amarah dan darah
Mengharap kebahagiaan
Kehangatan seseorang
memeluk tubuh penuh ingatan
Suara kerinduan kudengar dalam pelukan
suara yang begitu hangat dan dalam
Perlahan hatiku melepuh
Bertemu denganmu
Mengabdikan seluruhnya
Seluruh cinta yang berkarat
Ziddan Niam Raihan, mahasiswa aktif di Universitas Islam Negeri Prof. K. H. Syaifuddin Zuhri Purwokerto. Lahir di Banyumas, 10 Agustus 2004, beralamat di Ajibarang Wetan Rt 01/09, Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah.
Diskusi